Monday, April 7, 2014

Sepotong hati yang baru, dan itu adalah k.a.m.u

Seorang wanita berparas ayu,
bermata indah agak sedikit sipit,
berhidung mancung (kedalam) terkena imbas dari pipi bulet yang menggemaskan,
dan
bertubuh tinggi dibandingkan dengan teman-teman wanita sebayanya.

Tak terasa sudah hampir 4 tahun lamanya diriku mengenalnya. Berawal dari sekedar teman sekelas di awal perkuliahan, kemudian menjajaki masa transisi zaman alay menjadi zaman serba galau, perkodean hingga zaman PHP.
Pada waktu itu, hati ini masih diisi oleh seorang wanita. Wanita yang telah menemani hari-hariku nyaris 5 tahun lamanya. Namun, semenjak memasuki masa perkuliahan kami akhirnya dipisahkan oleh jarak dan juga waktu untuk sekedar bertemu sapa.

Hari berganti hari, masalah demi masalah pun mulai timbul dan semakin larut. Namun, seberat apapun masalah yang muncul, hati ini tak kunjung goyah dan tetap pada prinsip diri "cukup hanya satu di hati".

Monday, March 31, 2014

E.V.E.R.L.A.S.T.I.N.G

Saat kita sedang sendiri, kesepian, dalam masalah, membutuhkan teman, lantas teringat dengan seseorang, berharap banyak dia akan membantu, atau setidaknya mengusir sedikit gundah-gulana.
Apakah itu disebut cinta? Tentu saja.
Tetapi kalau demikian, bukankah cinta jadi tidak lebih dari seperangkat obat? Alat medis penyembuh? Selesai malasahnya, saat kita kembali semangat, sembuh, maka persis seperti botol-botol obat, seseorang itu bisa segera disingkirkan.
Sementara, dong? Temporer? Juga tentu saja,
kecuali kita selalu sakit berkepanjangan, dan mulai mengalami ketergantungan dengan seseorang tersebut.

Jika demikian maka cinta jadi mirip nikotin, candu. Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bl-bla.
Ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng);
apakah itu disebut cinta? Tentu saja.
Bagaimana mungkin bukan cinta?
Tetapi kalau hanya demikian, maka bawakan saja imitasi seseorang itu ke rumah, taruh seperti koleksi patung, jika ingin mendengar tawanya, stel sedemikian rupa biar dia tertawa, ingin melihat dia bicara, stel agar dia bicara.
Bukankah hari ini sudah banyak teknologi imitasi seperti ini?
Apakah itu akan berlangsung sementara?
Boleh jadi, karena persis seperti kolektor yang memiliki koleksi benda antik, seberapapun berharganya, cepat atau lambat rasa bosan akan tiba.
Bisa sih disiasati dengan jarang-jarang melihat koleksi tersebut, jarang-jarang bertemu biar terus kangen dan rindu, aduh, kalau demikian, maka cinta jadi sesuatu yang kontradiktif, bukankah tadi dibilang ingin selalu bersamanya.

Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla.
Apakah itu disebut cinta? Bisa jadi.
Tapi jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan.
Jika demikian, solusinya mudah, pasang saja posternya besar-besar di kamar.
Jika kangen, tatap sambil tersenyum. Taruh foto-fotonya di mana-mana. Selesai urusannya.
Apakah ini sementara? Temporer? Tentu saja.
Saat idola baru yang lebih keren tiba, saat sosok baru yang lebih hebat datang, maka idola lama akan tersingkirkan.
Jika demikian, maka cinta tak ubahnya seperti lagu pop, cepat datang cepat pergi.

Hampir kebanyakan orang akan bilang: “Saya tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang. Tiba-tiba sudah hadirlah ia di hati.”
Ada sih yg jelas-jelas mengaku kalau dia cinta pada pandangan pertama; sekali lihat, langsung berdentum hatinya.
Tapi di luar itu, meskipun benar-benar pada pandangan pertama, kita kebanyakan tidak tahu kapan detik, menit, jam, atau harinya kapan semua mulai bersemi.
Semua tiba-tiba sudah terasa something happen in my heart. Terlepas dari tidak tahunya kita kapan perasaan itu muncul, kabar baiknya kita semua hampir bisa menjelaskan muasal kenapanya.
Ada yg jatuh cinta karena seseorang itu perhatian, seseorang itu cantik, seseorang itu dewasa, rasa kagum, membutuhkan, senang bersamanya, nyambung, senasib, dan seterusnya, dan seterusnya. Dan di antara definisi kenapa tersebut, ada yang segera tahu persis kalau itu sungguh cinta, ada juga yang berkutat begitu lama memilah-milah, mencoba mencari penjelasan yg akan membuatnya nyaman dan yakin, ada juga yang dalam situasi terus-menerus justeru tdk tahu atau tidak menyadarinya kalau semua itu cinta.

Cinta sungguh memiliki begitu banyak pintu untuk datang.
Kebanyakan dari “mata”, mungkin 90%. Sisanya dari “telinga”. Dari bacaan (membaca sesuatu darinya), dari kebersamaan, dari cerita orang lain. Dari mana saja. Lantas otak akan mengolahnya, mendefinisikannya menjadi: sayang, kagum, terpesona, dekat, cantik, ganteng, cerdas, baik, lucu, dan seterusnya.
Kemudian hati akan menjadi pabrik terakhir yang menentukan: “ya” atau “tidak”.
Selesai? Tidak juga, masih ada ruang buat prinsip-prinsip, pemahaman hidup, pengalaman (diri sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain) untuk menilai apakah akan menerima kesimpulan hati atau tidak. Ini proses cinta kebanyakan.
Tetapi orang-orang yang paham, maka pintu datangnya cinta bukan sekadar dari mata atau tampilan fisik saja.
Proses mereka terbalik, mulai dari memiliki prinsip-prinsip, pemahaman-pemahaman yang baik, lantas hati dan otak akan mengolahnya, baru terakhir mata, telinga dan panca indera menjadi simbolisasi cinta tersebut. Tetapi apapun pintu dan prosesnya, jika akhirnya semua fase itu terlewati masih ada satu hal penting lainnya yg menghadang. Yaitu kesementaraan. Temporer.

Apakah cinta itu perasaan yang bersifat temporer? Kabar buruknya ya.
Jangan berdebat soal ini.
Sehebat apapun cinta kita, pasti takluk oleh waktu.
 Tapi kabar baiknya, meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya ‘abadi’, everlasting.
Bagaimana caranya?
Dengan pemahaman-pemahaman yang baik.
Ada rambu-rambu agama yang harus dipatuhi, ada nilai-nilai yang harus dihormati.
Tidak bisa semuanya diterabas.
Pasangan yang memiliki hal tersebut, mereka bisa menjadikan perasaan cinta utuh semuanya.
Maka abadilah perasaan itu.

Terakhir, saat kita selalu termotivasi untuk terus berbuat baik hari demi hari, memberikan semangat positif, terus memperbaiki diri setiap kali mengingatnya, apakah itu juga disebut cinta?
Iya, inilah hakikat cinta. Saat perasaan itu menjadi energi kebaikan. Dan itu tidak berarti kita harus selalu menyampaikan kalimat itu. Orang-orang yang menyimpan perasaannya, menjaga kehormatan hatinya, dan menjadikan perasaan tersebut sebagai energi memperbaiki diri, maka cinta menjelma menjadi banyak kebaikan.

Apakah itu sementara?
Memang sementara, nah, semangat untuk terus memperbaiki diri karena cinta tersebut akan menjadi jaminan keabadiannya. Percayalah, bagi orang-orang yang memiliki pemahaman yang baik, cinta selalu datang di saat yang tepat, momen yang tepat, dan orang yang tepat, semoga semua orang memiliki kesempatan merasakannya.

*Darwis Tere Liye

double jackpot di akhir Bulan

M.A.R.E.T
Bulan dimana cerita ini di mulai....
Dan gak berasa udah di penghujung bulan aja.

Walau baru sebulan, kisah kasihnya juga lumayan kalau di tuangkan dalam bentuk buku. Mungkin sekarang kami lagi merintis part III nya.

Seperti hari ini...
Sore hari kami memutuskan untuk jogging bersama. Ini kali kedua selama prajabatan.
Judulnya sih jogging, tapi sebenernya hanya berjalan santai sambil bercengkrama.
Kami sibuk membicarakan hasil obrolan aku dengan mamanya via BBM.
Jujur, bagiku ini adalah obrolan ter-dug-dug-ser yang pernah ada. Ngalahin gugupnya chatingan bareng gebetan bahkan ngalahin chattingan bareng dosen PA menjelang sidang proyek akhir.
Setelah beberapa kali mengitari lapangan, akhirnya kami memutuskan kembali ke mess.

NAh,
Entah ada angin apa. entah malamnya kami habis mimpi aja, tau-tau pelatih manggil ibnu.
Jadilah ibnu dapet kultum dari pelatih suhaidi, Kulian Tujuh Masa tapinya.
Intinya, platih ngelarang kami berdua-duaan terus. Haihh bapak ini, haha

Gak cuman itu, malamnya sehabis nu pulang isya, seperti biasa dilaksanakanlah korvey.
Secara harfiah, korvey ini adalah kata yang di gunakan untuk melaksanakan pembersihan.
Entah korvey kamar mandi, kamar tidur, ruang kelas, atau apalah.
Tapi, sama anak kelas maknanya jadi berganti.
Korvey di sini ialah pertemuan dua sejoli mulai dari yang emang udah jadian, yang baru PDKT, sampai yang ngaku kakak ade'an.
Lokasi nya dimana? bukan di ruang kelas, bukan di kamar tidur, apalagi di kamar mandi.
Biasanya sih di depan mess perempuan, dateng aja jam 8 malam di depan mess kalimas, anda akan disuguhi berpasang-pasang sejoli yang kaya aku jelasin barusan.

Seperti malam ini, paling ujung ada jihan dan riyan, menyusul amel dan agus, sebelahnya ada diana dan steven, dan terakhir ada kami.
Jadwal korvey hanya di batasi sampai jam 9 malam, lebih dari itu?
Hahah jangan di tanya, pasti dapat ceramah dari pelatih entah on the spot atau di permalukan saat apel di pagi hari. Bahkan kalau beruntung bakal dapet jackpot di lemparin batu, haha.
Dan malam ini, Alhamdulillah kami gak dapat jackpot itu, tapi....

"udah jam 9, balik dulu ya" ucap ibnu
"hehe, iya, slamat malam. dadaaa" balas ku
(nu kemudian berdiri melambaikan tangan *tsah)

*suddenly*

"1, 2, 3, 4 *sambil menunjuk ke-empat pasang* ikut saya" gertak pelatih dari arah yang tidak disangka-sangka.
Kirain yang di panggil cuman cwo-cwo aja, eh, ternyata cwe juga ikutan. Habislah di ceramahin sama pelatih Agus. Di ceramahin sih sebenernya udah biasa, kuping udah kebal, tapi ini sembari ngambil jatah push up juga 25 kali. Yang paling ncess itu, anak-anak pada nginip dari balik jendela mess mereka, huhu malunyaaa u,u. Ah, yasudahlah, lucu-lucuan aja, pikirku.

Malam semakin pekat, udara semakin dingin, kami kembali ke mess masing-masing dan persiapan tidur.
Besok? entah crita apa lagi, tapi ku harap akan selalu menyenangkan, amin.

Alhamdulillahi, hamdan khasiran, toyyiban, mubarakan fihi.
Dapet good news hari ini. Mamah ibnu udah stuju dengan hubungan kami, bahkan stuju hingga ke jenjang yang lebih serius. Mama aku juga sebenernya udah setuju, kedua kakak aku juga, hanya saja masih menunggu restu dari bapak aku dan bapaknya ibnu. Aaaaaaaaaa berharap yang terbaik, berusaha yang terbaik juga. Semoga keputusan kedua pihak sesuai harapan kami, amin.


salam,


_dLo